LAPORAN ANALISIS HUBUNGAN SST DAN CURAH HUJAN DARI TAHUN 2010 HINGGA 2014 DISABANG

analisis hubungan sst dan curah hujan dari tahun 2010 hingga 2014 disabang 

abstrak : sst sangat berpengaruh dengan curah hujan karena Suhu adalah ukuran kuantitatif terhadap rasa panas dan dingin. Kisaran suhu pada suatu daerah, umumnya ditentukan oleh besar kecilnya pemanasan yang diterima dari matahari dan kedudukan lintang pada daerah itu sendiri. Semakin tinggi kedudukan lintang di daerah tersebut, maka perambatan panas yang diterima akan semakin lama. Sebaliknya, apabila semakin rendah kedudukan lintang tersebut maka semakin cepat perambatan panasnya, karena jarak menentukan perambatan panas dari matahari ke Bumi. Sehingga matahari yang mengakibatkan tekanan tinngi pada permukaan laut dapat menyebabkan tingkat evaporasi yang tinggi.

 I. pendahuluan

curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu tertentu. Apabila dikatakan intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini sangat berbahaya karena berdampak dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek negatif terhadap tanaman. Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga. Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula. 

Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan terkonsentrasi. Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit. Adapun jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan (definisi BMKG), diantaranya yaitu hujan kecil antara 0– 21 mm per hari, hujan sedang antara 21 – 50 mm per hari dan hujan besar atau lebat di atas 50 mm per hari. sst merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kehidupan organisme baik itu di daratan maupun di perairan. Menurut Hutabarat dan Evans (1985), setiap organisme memiliki batasan-batasan suhu tertentu untuk kesesuaian terhadap lingkungannya masing-masing, sehingga secara tidak langsung, mempengaruhi aktivitas metabolisme dan perkembangbiakan organisme tersebut. Oleh karena itu tidak mengherankan jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis organisme yang terdapat di berbagai tempat di dunia. Suhu adalah ukuran kuantitatif terhadap rasa panas dan dingin (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989). Kisaran suhu pada suatu daerah, umumnya ditentukan oleh besar kecilnya pemanasan yang diterima dari matahari dan kedudukan lintang pada daerah itu sendiri. Semakin tinggi kedudukan lintang di daerah tersebut, maka perambatan panas yang diterima akan semakin lama. Sebaliknya, apabila semakin rendah kedudukan lintang tersebut maka semakin cepat perambatan panasnya, karena jarak menentukan perambatan panas dari matahari ke Bumi. Sebagai gambarannya dapat dilihat pada Gambar.1, dimana terdapat jarak perambatan panas yang berasal dari pancaran sinar matahari yang ditunjukkan oleh anak panah di sisi kanan, dan pada akhirnya berakibat pada perbedaan suhu pada daerah tersebut (E-dukasi, 2008a; Apollo, 2008). Menurut Hutabarat dan Evans (1985), kisaran suhu di lautan relatif lebih stabil dibandingkan dengan di daratan, berkisar antara -1.87oC (titik beku air laut) di daerah kutub sampai maksimum sekitar 42oC di daerah perairan dangkal. Hal ini disebabkan karena lautan mampu menyerap dan menyebarkan panas lebih banyak dari pancaran sinar matahari ke sekeliling lingkungannya, sehingga mengakibatkan kondisi suhu lautan relatif stabil dibandingkan dengan daratan. Nontji (1993) menyebutkan, bahwa suhu air laut merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam banyak pengkajian. Data suhu air laut tersebut dapat dimanfaatkan untuk mempelajari gejala-gejala fisika di lautan dan kehidupan organisme di laut. Menurut Laevastu dan Hayes (1981) dalam Realino, et al (2005), pada umumnya suhu digunakan sebagai indikator untuk menentukan perubahan ekologi. Hal ini tidak saja menyangkut suhu dan daerah fluktuasinya, akan tetapi juga menyangkut gradien horizontal dan vertikal serta variasi dari suatu tempat ke tempat lain. Perairan Indonesia merupakan daerah perairan tropis yang berada pada zona ekuator atau berada pada lintang 0o. Dengan gradien panas yang tinggi, maka suhu di perairan ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perairan lainnya yang berada di luar garis ekuator. Menurut Nonji (tahun 2003), suhu di perairan Indonesia berkisar antara 28o – 31oC, dengan fluktuasi suhunya yang dapat berubah setiap saat. Mengingat suhu perairan bukan saja dipengaruhi oleh tingkat pemanasan dan pengaruh lintang kedudukan, melainkan juga dipengaruhi oleh kondisi meteorologi seperti curah hujan, penguapan, kelembaban, suhu udara, dan kecepatan angin, sehingga apabila terjadi perubahan pola musiman yang diakibatkan oleh perubahan kondisi meteorologi, maka secara tidak langsung suhu perairan tersebut juga akan terpengaruh. 

Laut Jawa adalah lautan dangkal dengan luas kira-kira 310.000 km2 yang berada diantara Pulau Kalimantan, Jawa, Sumatera, dan Sulawesi di gugusan kepulauan Indonesia. Kedalaman rata-rata laut ini adalah 40 meter, yang tiap tahunnya, fluktuasi dari suhu permukaan laut ini relatif kecil, dengan kestabilan suhu yang sangat baik (rata-rata 28oC) dengan gradien suhunya antara 2o dan 3oC (Potier dan Nurhakim, 2003). Data suhu permukaan laut dapat diperolah dengan dua cara yang berbeda. Cara pertama adalah metode pengukuran konvensional dengan menggunakan alat-alat pengukur suhu di pemukaan laut dan yang kedua metode estimasi suhu permukaan laut dengan cara memanfaatkan potensi dan kemampuan wahana satelit inderaja yang umum di sebut sebagai penginderaan jauh menggunakan satelit (Realino et al, 2005). Penginderaan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan R. W. Kiefer (tahun 1993) dalam Hardiyanti, tahun 2001). Istilah penginderaan jauh merupakan terjemahan dari kosa kata Remote sensing dalam bahasa inggris. Banyak definisi yang dikemukakan para ahli tentang remote sensing. Menurut Lillesand dan R. W. Kiefer (tahun 1993) “Remote sensing (penginderaan jauh) adalah ilmu pengetahuan dan seni untuk memperoleh informasi tentang permukaan bumi tanpa melakukan kontak/sentuhan dengannya. Ini dilakukan dengan “sense” dan perekaman energi yang dipantulkan dan dilepaskan oleh permukaan bumi dan kemudian energi tersebut diproses, dianalisa dan diaplikasikan sebagai informasi.”

 II. metode penelitian

 Penelitian ini dilakukan di laboraturium fakultas kelautan dan perikanan pada tanggal 01-01- 2010 sampai dengan 01-12- 2014 pada coordinate : longtitude 9,5278 dan latitude 5,970 di daerah sabang dengan menggunakan data noaa serta aplikasi gmt atau grads. Program Gmt sendiri berguna dalam pembuatan grafik untuk menganalisis data yang sudah terekstrak sedangkan grads analisis dari penelitian yang menggunakan progam dalam pembuatan peta.pada pratikum ini aplikasi yang digunakan hanya program dalam pembuatan grafik.

 III. pembahasan

Dari hasil data pengamatan yang telah diperoleh curah hujan dan sst yang paling tinggi tercatat pada bulan 03 tahun 2012 ini. dijurnal ini tertulis bahwa suhu pada tahun tersebut berkisar antara 30,80c dan curah hujan berkisar antara 650mm/day10-2 ( pada gambar 1 dan 2). ini dikarenakan suhu sangat berpengaruh dalam terjadinya curah hujan. sst merupakan suhu permukaan laut yang awalnya terpapar oleh sinar matahari. sehingga , suhu yang awal permukaan laut nya normal tersebut menjadi tinggi dan menyebabkan tekanan diudara menjadi tinggi. pada akhinya mengakibatkan adanya penguapan yang disebut evaporasi, Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan. Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan mereka saling bertukar energi dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Terkadang transfer energi ini begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup untuk menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas dan "menguap" Ada cairan yang kelihatannya tidak menguap pada suhu tertentu di dalam gas tertentu (contohnya minyak makan pada suhu kamar). Cairan seperti ini memiliki molekul-molekul yang cenderung tidak.menghantar energi satu sama lain dalam pola yang cukup buat memberi satu molekul "kecepatan lepas" - energi panas - yang diperlukan untuk berubah menjadi uap. Namun cairan seperti ini sebenarnya menguap, hanya saja prosesnya jauh lebih lambat dan karena itu lebih tak terlihat semakin tinggi tingkat evaporasi disuatu daerah maka curah hujan yang dihasilkan akan semakin tinggi pula. Serta sst dan curah hujan yang paling rendah berkisar antara suhu 28,50c serta itensitas curah hujan 0,5mm/day10-2 (pada gambar 1 dan 2 ). 

GAMBAR 1 CURAH HUJAN

GAMBAR 2 SST
GAMBAR 3. HUBUNGAN SST DAN CURAH HUJAN


Ini menunjukan tingkat curah hujan rendah dikarenakan tingkat evaporasi yang dihasilkan sangat rendah sehingga mengakibatkan tingkat intensitas pada daerah tersebut tidak ada terjadinya hujan atau singkat. IV. Kesimpulan Kesimpulan yang sangat jelas tentang karakter suhu permukaan laut dan curah hujan di wilayah Indonesia telah dilakukan. Suhu permukaan laut di wilayah ini mempunyai pengaruh penting terhadap curah hujan di wilayah yang lain yang telah dibuktikan oleh model maupun observasi. Terlebih lagi, angka rata-rata tertinggi suhu permukaan laut telah ditemukan terjadi pada bulan maret ditahun 2014 dan angka terendah terjadi di bulan April 2010 dan mei 2014 . Sementara itu curah hujan di wilayah ini mempunyai ciri atau karakter yang berbeda tergantung pada wilayah masing-masing. Terlebih lagi, kecenderungannya menurun sejak lima decade terakhir berhubungan dengan tingkat sensitivitasnya terhadap perubahan iklim dan fenomena iklim global. Pembahasan dan penelitian lanjutan tentang model iklim global yang mempengaruhi hubungan antara samudra dan atmosfer itu sangat perlu untuk dilakukan.

 V. Daftar pustaka

Ahrens, D. 2007. Meteorologi Today An Introduction To Weather, Climate and The Environment. Thompson Higher Education USA. 
BMKG. 2009. Materi Konferensi Pers Prediksi El-nino oleh Institusi Internasional dan BMKG, www.bmkg.go.id. [10 Agustus 2009]. 
BoM. 2011. Southernern Oscillation Index, www. bom.gov.au. [20 Januari 2011] 
Prasetya, R. 2011. Analisis Curah Hujan Akibat Siklon Tropis Nangka, Parma dan Nida di Sulawesi Utara. Skripsi Sarjana FMIPA Unsrat. 
Sunyoto, D. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Media Pressindo, Yogyakarta. 
Salmawati. 2010. Studi Pengaruh Indeks Osilasi Selatan sebagai Indikator ElNino terhadap curah hujan di Sulawesi Utara. Skripsi Sarjana FMIPA Unsrat. 
Sarachik, E.S dan M.A. Cane. 2010. The El-Nino Southern Oscillation Phenomenon. Cambridge University Press, USA. 
Tjasyono, B.H.K. 2008. Meteorologi Terapan. ITB Bandung.
Tjasyono, B.H.K. 2004. Klimatologi. ITB Bandung.

0 Response to "LAPORAN ANALISIS HUBUNGAN SST DAN CURAH HUJAN DARI TAHUN 2010 HINGGA 2014 DISABANG"

Post a Comment

Powered by Blogger.